Pemberangkatan pada hari Minggu, 20 Mei 2016 pada pukul 08.00 WITA. Sebelum pemberangkatan siswa-siswi berkumpul di SMAN 3 POLEWALI pukul 07.00 WITA. SMAN 3 POLEWALI memberangkatkan 3 bus dengan jumlah 4 kelas serta 1 guru pembimbing. Sebelum pemberangkatan panitia mengecek kehadiran peserta study tour. Pada pukul 08.00 WITA kami berangkat naik bus dari sekolah menuju lokasi study tour makam raja Todilaling.
|
Persiapan |
|
Suasana Dalam Bis |
Disaat pertama dalam perjalanan kami, semua sangat ceria karena kami belum merasakan lelah. Masing – masing peserta sibuk dengan kegiatanya sendiri – sendiri ada yang saling bercanda, bernyanyi, membaca makalah, sibuk dengan hp sendiri, dan ada juga yang hanya menikmati pemandangan di luar.
Beberapa waktu berlalu, bus berhenti di depan minimarket wilayah Rea. Kami pun memanfaatkan kesempatan itu untuk membeli cemilan dan minuman di minimarket. Ada yang pergi membeli, ada yang tetap duduk di dalam bus sambil menikmati iringan lagu yang terputar, dan ada juga yang sengaja keluar untuk sekedar mengambil angin karena udara di dalam bus cukup panas.
Tidak lama berselang kami pun melanjutkan perjalanan. Sambil menikmati cemilan yang telah dibeli, aktivitas di dalam bus kembali seperti biasa. Terhitung sejak dimulainya pemberangkatan, kurang lebih satu setengah jam perjalanan rombongan kami akhirnya tiba di depan jalan masuk menuju makam Todilaling.
Satu setengah jam perjalanan rombongan kami akhirnya tiba di depan jalan masuk menuju makam Todilaling. Sebuah gapura bercat hijau yang bertuliskan "Selamat Datang di Makam Raja Todilaling". Namun kami belum sampai benar. Dari gapura, kami berjalan kaki sepanjang 1 kilometer di atas jalan bersemen selebar 2 meter.
Setelah itu, kami menaiki anak tangga yang cukup banyak. Beberapa diantara kami mulai menghitung jumlah anak tangga yang dilalui. Namun hingga tiba di tujuan (makam raja Todilaling) kami mempunyai hasil yang berbeda-beda. Ada yang mengatakan jumlahnya 179 anak tangga, 196 anak tangga, bahkan 200 lebih anak tangga. Kata pemandu wisatanya sendiri Pak Thamrin.S,Pd. ia kerap kali naik turun tangga dan hasil perhitungannya selalu berbeda.
Perjalanan kami yang cukup melelahkan terbayar sudah dengan pemandangan puncak bukit (disebut lita’ pute) yang indah dan udara yang sejuk. Pak Thamrin telah menunggu sambil duduk-duduk di semacam teras keramik 4x6 meter dan diberi atap. Ini memang tempat peziarah duduk-duduk melepas lelah. Sebenarnya ketika menaiki tangga, di sebelah selatan terdapat bangunan kecil mirip mushollah. Rombongan kami ada yang ingin ke sana namun langsung dilarang oleh Pak Thamrin. Katanya sih tidak boleh kesitu, konon banyak yang kesurupan.
Di area makam, tampak sebuah pohon beringin yang luar biasa besar. Umurnya ditaksir sudah ratusan tahun. Selain itu ada juga 4-5 pohon asem yang besar dan tinggi. Pohon-pohon itu membuat suasana makam sangat teduh dan nyaman. Selain teduh, pemandangan dari atas bukit pun sangat indah.
Bukit Mosso dan Todang-Todang menjadi latar belakang area makam. Sementara ke arah barat bisa terihat perairan Majene. Dan di sebelah tenggara terdapat gunung minta doa. Letak makam raja todilaling ini memang cukup strategis diapit oleh 4 kampung “Appe Banua Kayyang” dan berbagai desa disekelilingnya.
Terdapat tiga makam yang ada di puncak bukit kalita’ pute ini. Satu makam raja Todilaling sendiri dan dua lainnya adalah makam istri-istri raja todilaling. Makam raja Todilaling berada di sela-sela tengah akar beringin, makam istrinya terletak dibelakang pohon, sementara makam istri yang satunya lagi berada di bagian belakang beringin yang lainnya dan kondisi makam tersebut sudah ditutupi oleh akar beringin.
|
Makam istri Raja Todilaling |
Sementara batu besar yang ada di kiri pohon beringin merupakan lokasi kuburan 14 dayang-dayang Raja Todilaling. Mereka adalah, 7 perempuan penari istana dan 7 orang pria pemain alat musik di kerajaan yang dipimpin Todilaling pada sekitar abad ke-14.
Kondisi area makam cukup memprihatinkan. Lantai-lantai keramik sudah banyak yang retak, bangunan pagar ada yang rusak, dan kebersihan makam cukup bagus hanya saja banyak dedaunan berserakan disamping pohon beringin. Hal ini wajar saja karena sedang musim kemarau.
Tidak terasa waktu berlalu, mentari telah menyentuh garis horizon di ufuk barat. Kami pun memutuskan untuk pulang seraya membawa kenangan dan pengalaman di makam raja yang telah memimpin kerajaan Mandar.
|
Dokumentasi kelas X IPA 5 kelompok 1 |
Wassalamualaikum